Kabar adanya kandungan lemak babi yang ada di dalam es krim magnum dibantah. PT Unilever, produsen produk Wals termasuk Magnum memastikan produknya halal.
Jojo,
P ublik Relation Magnum memastikan ketidakbenaran
berita ini. "Tidak benar berita itu," terang Jojo.
Sementara
itu Ribut Purwanti, Media Relation (Humas) PT. Unilever mengatakan bahwa
sebenarnya isu yang beredar seperti itu adalah tidak benar dan hanyalah Hoax
alias bohong belaka saja.
"Jadi
semua produk es krim yang dipasarkan oleh PT. Unilever Indonesia adalah
Halal dan itu bisa di buktikan dengan adanya sertifikasi halal dari
Majelis Ulama Indonesia (MUI)," jelasnya.
Dirinya
juga mengatakan bahwa untuk semua produk yang dimiliki oleh PT. Unilever selalu
di sertai dengan kode halal dan sertifikasi. Semua produk yang memiliki kode
E471 dan E472 merupakan kode Internasional yang mengandung Emulsifair atau
jenis pengelmusi yaitu tambahan bahan pangan yang sebenarnya penggunaannya di
perbolehkan oleh badan POM.
"Nah
pengelmusi yang kita pakai itu memang mamakai pelemak yang mengandung dari
lemak nabati (tumbuh-tumbuhan) jadi bukan dari hewan. Jadi sebenarnya
kekhawatiran konsumen akan adanya lemak babi dalam kandungan ice cream Magnum
tersebut tidak benar dan tidak mendasar," jelas Ribut Purwanti.
2.
fact finding , planing, talking action , evaluating
3.
- Adanya pemetan antara pihak internal dan pihak eksternal, Maping kebutuhan, Maping permasalahan
-
Melakukan aktivitas PR seperti kepada media menyampaikan pesan
dan berhubungan kepada khalayak
-
Aktivitas PR melakukan talking action yaitu menyiapkan lokasi,
tema, pesan, media, dana , khalayak dan waktu
-
Setelah melakukan semua adanya survei, media monitoring, dan
analisis.
4.
media yang digunakan oleh humss ice cream wals adalah perskonpers terhadap
media yang sudah menjadi relation pada PT. Uniliver , pihak humas pt unilever
mengundang para media agar meliput tentang kejelasanya mengenai issue tersebut.
Dengan mengundang media itu sedikit membantu dalam menangani krisis isu brand
dan sebagian media akan menyebarkan ke media online seperti halnya membuat hard news tentang pt unilever menanggapi
kasus tersebut. Karna di era serba online dan praktis orang lebih memilih baca
melalui internet atau aplikasi yang ada dibanding media-media cetak seperti
koran dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar